Kamis, 09 Januari 2014

FUNGSI PENDIDIKAN MUSIK DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA



Kepribadian Individu dan Kepribadian Umum.
Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1990; 101-131) memberikan penjelasan bahwa ilmu psikologi mempelajari kepribadian individu, sedangkan antropologi dibantu ilmu psikologi mempelajari keribadian umum. Kepribadian individu pada umumnya ditinjau segi isi tiap unsur kepribadian itu, seperti adanya pengetahuan, perasaan, serta sasaran dari kendak dan keinginan dan emosi seorang individu. Bahwasanya satu tingkahlaku berpola, yang menjadi suatu kebiasaan (habit) disebabkan oleh satu macam materi. Seperti kebiasaan manusia makan pagi untuk kesehatan yang menbantu pelaksanaaan kegiatan rutin setiap hari Sedangkan kepribadian sesungguhnya disebabkan oleh berbagai macam materi.
Ilmu psikologi umumnya membantu para ahli ilmu antropologi untuk  memahami adat istiadat serta sistem sosial dari suatu masyarakat. Antropologi juga mempelajari kepribadian sebagian besar warga suatu masyrakat dalam rangka memahami keribadian umum, atau watak umum. Koentjaraningrat melalui buku itu (halaman 135-176) diperoleh penjelasan bahwa kesadaran individu akan kebutuhan lingkungan sosial, akan membantunya memahami dan menyadari akan adanya suatu tanggung jawab berupa hak dan kewajiban. Pemahaman yang baik akan hak dan kewajiban yang diikuti tindakan yang berlangsung secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik, akan membentuk kepribadian yang positip, yaitu manusia yang memiliki pribadi yang hidup – yang sadar akan tanggung jawab sebagai makhluk individual, sosial, dan Tuhan. Perlu ditegas bahwa kesadaran akan tanggung jawab itu, berarti menempatkan kesadaran hak sejajar dengan kesadaran kewajiban. Jika ditanya, apa hak seorang pribadi, tentu jawabnya adalah memperoleh (1) hidup yang baik, (2) hidup yang benar, (3) hidup yang nyaman, tenteram, dan damai sejahtera.
Apa kewajiban dari seorang pribadi, tentu (1) melaksanakan perintah Tuhan dalam rangka hidup baik, (2) bekerja dengan disiplin, teliti, cermat, mau bekerjasama agar sampai pada jenjang hidup yang benar, (3)menaati nilai, norma, hukum adat istiadat dalam rangka hidup nyaman, tenteram,dan sebagainya. Seseorang yang telah memperoleh segala haknya, sesungguhnya karena seseorang itu telah melaksanakan kewajibannya dengan baik. Seseorang yang memperoleh nilai A dalam suatu pekerjaan, adalah karena kewajiban belajar dengan cara benar, dan baik. Nilai A dengan cara benar dan baik merupakan  prestasi yang memberikan hidup yang nyaman, tenteram.

Musik Dan Penciptanya
Musik ditinjau dari segi proses dan nilai keindahannya adalah suatu  keyakinan seseorang sekaligus mewakili keyakinan masyarakat lingkungan  penciptaannya. Karena dari segi pemikiran, imajinasi atau gambaran keindahan,  seorang komponis dipengaruhi lingkungan tempat penyerapan nilai-nilai yang  dibutuhkan , baik sosial budaya, maupun eko system/resonansi multi interaksi  lingkunganya. Seperti yang dikatakan oleh Soedarsono (1985; 17), bahwa “seni  budaya sebagai ekspresi perasaan manusia merupakan kebutuhan yang berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya”.
Keyakinan, menjadi sikap dasar pemahaman gagasan, penentuan cara dan
tindakan yang tepat dalam proses penciptaan seni. Berdasarkan keyakinannya,  komponis akan mempersiapkan saeana, alat, dan memutuskan suatu gagasan,  menentukan cara dan tindakan untuk memproses gagasan atau ide melalui penciptaan. Hardjana (1983; 75) menyatakan, “bahwa di belahan dunia timur tradisional, pada umumnya memandang dunia musik dalam kaitannya dengan ajaran-ajaran etika, moral, kepercayaan dan sebagainya”. Proses penciptaan menyerap ide, gagasan, cara yang tepat untuk mewakili budaya , keyakinan masyarakat agar karya seni itu berfungsi menjadi jembatan dan sarana transformasi yang tepat tentang ajaran-ajaran yang diwakilinya.
Musik dengan bentuk dan struktur melalui melodi, irama, dan harmoni yang seimbang, pada umumnya mempertemukan berbagai sifat dan nilai kemanusiaan, seperti sifat lembut, tegas, keras, dan lain sebagainya. Siang dan malam dengan berbagai variasinya merupakan sifat hakiki alam semesta yang digambarkan sebagai irama. Semua sifat yang baik yang diserap dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya tempat karya itu lahir dan berlembang mampu memberikan pengaruh pada diri manusia yang mendengarkannya. Oleh karena itu, Hartoko (1985; 67) menyatakan bahwa musik memiliki kekuatan atau pengaruh, berfungsi melonggarkan pengalaman pribadi. Lewat seni musik yang bermutu tinggi perasaan dididik menjadi kritis, bisa membedakan unsur merusak dan membangun, sekedar perangsang murahan atau pengejawantahan nilai-nilai manusiawi dan abadi. Plato dengan pernyataannya yang terkenal yaitu bahwa musik itu adalah untuk jiwa, karena musik diciptakan oleh manusia, sehingga cocok menjadi alat dan sarana pendidikan bagi manusia muda.

Fungsi Musik Sebagai Karya kebudayaan
Koentjarangrat (1990; 203-204), menjelaskan bahwa ada tujuh unsur  kebudayaan, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, orgaisasi sosial, sistem peralatan  hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.  Dalam kesenian terwujudlah (1) unsur universal berupa gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan pikiran, ceritera-ceritera dan syair yang indah, (2) tindakan-tindakan interaksi berpola antara seniman pencipta, penyelenggara, sponsor, pendengar, penonton dan konsumen. Van Peursen (1984; 19), mengatakan bahwa kultur itu mengenai nilai kerohanian, moral, etik, dan estetitik yang telah dicapai oleh suatu bangsa.
Karya musik merupakan cara manusia memandang dunia yang indah, sesuai kemampuan imajinasi masing-masing komponis. Didalamnya tertuang berbagai elemen budaya yang membentuk struktur yang memberikan kesan dan pesan. Masyarakat penikmat musik memperoleh hiburan, informasi, pengetahuan, dan esensi kehidupan karena telah dihayati komponis secara baik pada saat penciptaannya. Sebagai simbol kebudayaan, musik digunakan sebagai materi pelajaran yang membantu membentuk kepribadian. Sejarah mencatat bahwa musik (1) pada jaman Yunani Kuno, berfungsi sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan etika,(2) Abad Pertengahan, berfungsi sebagai pendidikan etika dan religious, (3) Jaman Renaisan berfungsi sebagai sarana pendidikan etika, religious, estetika, dan humanis sesuai alam rasionalisme renaisan, (4) Jaman Barok, sebagai sarana pendidikan etika, estetika, pengetahuan musik,(5) Jaman Klasik, berfungsi sebagai sarana pendidikan etika, pengetahuan musik, estetika, religious, (6) Jaman Rimantik, berfungsi sebagai sarana etika, pendidikan, dan religious, (7) Pada jaman modern, sebagai pendidikan etika, religious, pendidikan, hiburan, dan estetika.


Pembelajaran Musik Sebagai Pengembangan Kepribadian
Guru-guru pada umumnya sangat paham bahwa tidaklah semua musik yang
diciptakan manusia dapat dijadikan sarana dalam dunia pendidikan. Para guru memilih berdasarkan klasifikasi, pengelompokan musik, sehingga diperoleh bahan
pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan sekolah dan kelas.
Tujuan pendidikan musik di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi empat aspek,
a.     tujuan pengembangan sikap siswa.
b.     pengembangan kepekaan cita rasa keindahan siswa
c.      pengembangan kemampuan kreatifitas seni.
d.     Keterampilan music

Pengembangan sikap
Sikap sebagai reaksi terhadap stimulus, pada umumnya berdasarkan nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh manusia secara pribadi. Sikap itu didasarkan pada pertimbangan yang menjadikannya bernilai medial, dan final. Nilai-nilai universal dalam kehidupan manusia sebagai pribadi, yaitu:
1.     Pengembangan Nilai-nilai social
Tertuang nilai-nilai sosial dalam karya musik yang berfungsi sebagai norma dan peraturan untuk dihayati dan dilaksanakan sebagai bentuk tanggungjawab di masyarakat. Bentuk tanggungjawab itu merupakan hak dan kewajiban untuk memperlancar, membangun, serta meningkatkan peradaban manusia.
2.     Pengembangan Nilai-Nilai Religius
Banyak karya yang diciptakan berdasarkan pengalaman religius, dan menjadi fondasi yang ditegakkan didalamnya. Nilai-nilai religius umumnya menegaskan keteladanan yang menjadi sinar yang menerangi kehidupan manusia di dunia.

Senin, 22 April 2013

ASESMEN KINERJA DAN PORTOFOLIO


ASESMEN KINERJA DAN PORTOFOLIO
DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

A.    Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/ atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk meilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/ kecakapan yang dicapai siswa.
Berdasarkan cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
a.       Asesmen kinerja klasikal
Digunakan untuk mengases kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan.
b.      Asesmen kinerja kelompok
Untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.
c.       Asesmen kinerja individu
Untu mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat megatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan diases. Siswa kelompok pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu:
1.      Fase 1        : mendefinisikan kinerja
Ditentukan kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2.      Fase 2        : mendesain latihan-latihan kinerja
Menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
3.      Fase 3        : melakukan penskoran dan perekaman/ pencatatan hasil
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalampengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metoda-metoda asesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi asesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi asesmen kinerja.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor objektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak) atau skala rentang (sangat baik-baik-agak baik-tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
B.     Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan guru.
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai keperluan:
1.      Mendokumentasikan kemajuan siswa kurun waktu tertentu.
2.      Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.      Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.      Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara lain:
a.       Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.
b.      Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa serta dapat memberikan pengaruh positif dalam belajar.
c.       Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu.
d.      Siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik.
e.       Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu.
f.       Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orang tua dan pihak lain yang terkait.
Model portofolio IPA SD yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa:
1.      Hasil ulangan
2.      Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana
3.      Gambar-gambar dan laporan lisan
4.      Produk berupa hasil pekerjaan proyek
5.      Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
6.      Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
7.      Salinan piagam penghargaan
Bentuk-betuk asesmen portofolio:
a.       Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiannya.
b.      Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
c.       Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa.
d.      Respon-respon siswa terhadap pertanyaan.
e.       Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Langkah-langkah dalam menerapkan portofolio, yaitu:
1.      Tahap persiapan
a.       Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan.
b.      Menentukan tujuan penyusunan portofolio.
c.       Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.
d.      Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
e.       Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa.
2.      Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
3.      Pemberian nilai akhir portofolio
Aspek yang dinilai meliputi isi portofolio, dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.


BAHAN AJAR, LKS, MODUL


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/ instruktur untuk perencanaan dan penelaahan pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis.
Bentuk bahan ajar:
a.    Bahan cetak            : hand out, buku, modul.
b.    Audio visual           : video film, VCD.
c.    Audio                     : radio, kaset, CD audio, PH.
d.   Visual                     : foto, gambar, model/ maket.
e.    Multi media            : CD internet.
Cakupan Bahan Ajar:
1.        Judul, mata pelajaran, SK, KD, indikator, tempat.
2.        Petunjuk belajar (petunjuk siswa guru).
3.        Tujuan yang akan dicapai.
4.        Informasi pendukung.
5.        Latihan-latihan.
6.        Petunjuk kerja.
7.        Penilaian.


LEMBAR KERJA SISWA

Lembar kerja siswa (student work sheet)adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan siswa berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tuga-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori atau praktek.
Langkah-langkah penulisan LKS, sebagai berikut:
1.    Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, Indikator dan materi pembelajaran.
2.    Meyusun peta kebutuhan LKS.
3.    Menentukan judul LKS.
4.    Menulis LKS.
5.    Menentukan alat penilaian.
Struktur LKS secara umum:
a.    Judul, mata pelajaran, semester, tempat.
b.    Petunjuk belajar.
c.    Kompetensi yang akan dicapai.
d.   Indikator.
e.    Informasi pendukung.
f.     Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja.
g.    Penilaian.

Bahan Ajar Vs Buku Teks
Bahan ajar merupakan bahan/ materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku Teks merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu.
Bahan Ajar:
-          Menimbulkan minat baca.
-          Ditulis dan dirancang untuk siswa.
-          Menjelaskan tujuan instruksional.
-          Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.

Buku Teks:
-          Mengasumsikan minat dari pembaca.
-          Ditulis untuk pembaca (guru dan dosen).
-          Dirancang untuk dipasarkan secara luas.
-          Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional.
-          Disusunsecara linear.
 
MODUL

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi pembelajaran.
Karakteristik Modul antara lain:
·         Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang tepat yang dapat digunakan secara mandiri.
·         Digunakan secara mandiri.
·         Mampu membelajarkan diri sendiri.
·         Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan terukur.
·         Materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh ilustrasi yang jelas.
·         Tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.
·         Materinya up to date dan kontekstual.
·         Bahasa sederhana lugas komunikatif.
·         Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
·         Tersedia instrumen penilaian.